Burung vs ICE

  • Penulis: IGA Mahayasa
  • Dibaca: 865 Pengunjung

Saya tertarik membaca sebuah berita di koran harian kota Göttingen (kota tempat saya bermukim hampir 4 tahun ). Hanya karena sebuah burung, jalur transportasi kereta cepat di Göttingen yang dikenal dengan nama kereta ICE (Inter City Express) sempat selama kurang lebih empat jam di tengah malam mengalami kelumpuhan. Dan ga tanggung-tanggung, karena kejadiannya di sebuah jalur terowongan (tunnel) sepanjang 2765 meter, maka sudah dapat dipastikan kereta ICE tersebut beserta lebih dari 400 orang penumpangnya plus awak keretanya terjebak di dalamnya.

Mungkin bayangan kita sebagai orang awan, terjebak di sebuah terowongan yang panjang seperti itu, pasti gelap gulita ... Tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar ...:) Sekedar informasi dulu, di Jerman banyak sekali terdapat jalur-jalur kereta yang berupa terowongan (tunnel). Dari yang pendek, cuma beberapa meter sampai yang panjangnya ribuan meter. Itu artinya sudah sampai membelah perut bukit ... Hampir keseluruhan terowongan tersebut (sepanjang yang saya ketahui serta selama ini saya melewatinya) berukuran cukup lebar (minimal untuk 2 jalur lintasan kereta) dan terang benderang.

Perbedaan yang nyata sekali kita rasakan adalah apabila kita melewati terowongan tersebut di malam hari. Begitu kereta memasuki terowongan, langsung terang sekali di sepanjang terowongan tersebut. Hanya untuk jalur kereta dalam kota, seperti kereta bawah tanah (U-Bahn) tidak semua jalurnya terang. Sedangkan terowongan jalur kereta cepat (biasanya yang membelah bukit) rata-rata terang benderang. Nah, dari berita yang saya baca tersebut, diceritakan pada salah satu terowongan kereta cepat (yang diberi nama Niedernhausener Tunnel, jalur dari Frankfurt ke Cologne sepanjang 2765 m), ketika sebuah kereta cepat ICE sedang melaju di dalamnya tiba-tiba aliran listrik untuk pembangkit keretanya mati.

Dan kereta langsung berhenti. O iya, informasi tambahan lagi, saat ini hampir semua kereta di Jerman yang sudah menggunakan tenaga listrik sebagai penggeraknya. Hanya sebagian kecil saja yang masih menggunakan tenaga diesel (biasanya untuk kereta kecil dan yang menghubungkan stasiun-stasiun yang dekat). Jadi pada kejadian tersebut, aliran listrik sepanjang jalur kereta langsung padam. Sementara kondisi di luar kereta, yaitu di sekitar terowongannya tetap terang. Setelah diselidiki, ternyata penyebabnya adalah karena ada seekor burung yang menabrak salah satu travo pembangkit di sekitar jalur tersebut. Tidak dijelaskan seberapa besar burung naas tersebut dan kenapa sampai masuk ke dalam terowongan.

Namun yang jelas burung tersebut langsung mati dan travonya terbakar, sehingga menyebabkan aliran listrik putus. Dan sudah bisa dibayangkan kemudian, kereta tersebut harus tinggal beberapa lama di dalam terowongan dengan seluruh penumpang yang ada di dalamnya. Dalam keterangan persnya, juru bicara perusahaan kereta Jerman menjelaskan, sebenarnya kejadian seperti itu (tabrakan dengan burung) cukup sering terjadi di sepanjang jalur kereta di luar terowongan. Dan biasanya kereta hanya berhenti sebentar kemudian bisa kembali melanjutkan perjalanannya. Namun dalam kejadian di atas ini, menurut juru bicara tersebut, aliran listrik putus, sehingga kereta benar-benar ga bisa langsung jalan lagi.

Dan ditambahkan lagi, hari itu adalah hari naasnya buat si burung dan seluruh penumpang kereta ... Di sinilah kemudian timbul masalah dan yang membuat saya tertarik membacanya ...:) Dalam hal terjadinya suatu kecelakaan di Jerman (entah itu kecelakaan lalu lintas di jalan raya, kecelakaan kereta, kebakaran, maupun kecelakaan yang lainnya), pihak kepolisian maupun pihak yang berwenang dan terkait selalu menerapkan prosedur tetap penanggulangannya, yaitu diantaranya menutup total jalur tersebut, melakukan investigasi langsung sampai melakukan evakuasi. Jalur di kedua arah lintasan kereta tersebut di tutup total selama proses investigasi dan perbaikann tersebut. Tentunya kereta-kereta yang biasanya melewati terowongan tersebut sementara dialihkan jalurnya atau malah tertahan di stasiun-stasiun kereta .. (saya sendiri juga beberapa kali pernah mengalami kejadian seperti ini). Namun yang sangat disayangkan dan disesalkan oleh para penumpang dalam kejadian ini adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menormalkan situasi kembali.

Lebih dari 4 jam waktu yang diperlukan oleh petugas sampai bisa seluruh penumpang terevakuasi. Dari mulai kejadian sekitar jam 20.45 CET sampai akhirnya semua penumpang bisa keluar kembali dari terowongan tersebut sekitar jam 1.16 CET. Itupun setelah didatangkan kereta pengganti karena kereta yang naas tersebut tetap tidak bisa dijalankan dan harus ditarik keluar dari terowongan. Para penumpang (termasuk juga para pelanggan kereta) berpendapat, waktu 4 jam lebih yang diperlukan untuk menormalkan situasi sangatlah lama serta benar-benar merugikan dan menyiksa. Hal ini sangat dirasakan sekali oleh semua penumpang.

Dalam waktu yang sekian lama, tenaga listrik cadangan yang ada dalam keretapun menjadi habis, sehingga penumpang benar-benar merasa tersiksa. Pemanas yang ada di dalam gerbong menjadi tidak berfungsi lagi (tentu bisa dibayangkan kalau pada saat kejadian suhu udara di luar sedang di bawah 0 derajat). Sirkulasi udara di dalam gerbong juga tidak jalan. Apalagi kejadiannya di dalam terowongan. Bahkan toilet keretapun, yang semua serba menekan tombol, tidak bisa digunakan lagi. Semua yang berhubungan dengan listrik, tidak bisa difungsikan lagi. Namun seperti yang biasanya terjadi, pihak perusahaan kereta melalui juru bicaranya memberikan keterangan yang berbeda. Dikatakan, tenaga cadangan yang ada di masing-masing gerbong masih tetap berfungsi.

Semua lampu gerbong juga masih tetap nyala, jadi ga sampai gelap gulita. Dan mereka tetap beralasan, lamanya waktu yang diperlukan adalah karena kehati-hatian mereka dalam melaksanakan evakuasi. Mereka tetap telah berusaha secepat mungkin bisa mengevakuasi para penumpang dan melakukan penanganan secara profesional. Tetapi pada akhirnya, setelah semua penumpang bisa dievakuasi dengan baik, tidak ada satupun yang cedera, pihak perusahaan kereta juga memberikan kompensasi yaitu mengembalikan uang tiket sebesar 50% kepada semua penumpang sebagai ganti rugi atas keterlambatan dan kejadian tersebut ... :) Mudah-mudahan banyak hal yang bisa kita dapat dari kejadian tersebut. Dan minimal saya juga bisa tahu kalau nyawa seekor burung yang telah melayang, ternyata sudah bisa membuat kalang kabut orang-orang yang katanya sudah profesional serta telah menimbulkan perdebatan yang cukup keras di kalangan orang-orang yang sudah berpendidikan tinggi dan berpikiran maju... :) IG. a.m