Wacana Politik: Permainan Kata dan Narasi yang Membedah Demokrasi atau Membelah Grup WA?
Capres dan Cawapres 2024-2029
Pemilihan presiden adalah momen krusial dalam kehidupan bernegara dalam konteks kebangsaan. Di balik serangkaian kampanye, debat, dan iklan politik yang terjadi, ada satu aspek yang seringkali terabaikan oleh publik dan para anggota grup WA, yakni wacana politik. Wacana ini merupakan permainan kata, narasi, gambar, video dan perangkat sosio-semiotik lainnya. Semua ini memainkan peran penting dalam membentuk opini publik, memengaruhi pemilih, dan akhirnya, menentukan siapa yang akan terpilih berdasarkan entah karena kata hati atau kata media.
Seni Persuasi dan Mawas Framing
Dalam arena pemilihan presiden, wacana politik adalah seni persuasi. Para kandidat menggunakan bahasa dan argumen untuk membujuk pemilih bahwa visi dan gagasan mereka adalah yang terbaik untuk negara. Melalui pidato, debat, dan wawancara media, mereka mencoba meyakinkan pemilih bahwa mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu yang dihadapi negara-bangsa.
Media memainkan peran sentral dalam permainan wacana politik. Berita, opini, dan analisis yang disampaikan melalui berbagai platform dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap para kandidat. Terlebih lagi, media sosial telah menjadi alat yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan kata dan narasi politik untuk memobilisasi dukungan.
Wacana politik juga melibatkan pembentukan framing. Para kandidat dan tim kampanye secara cermat telah, sedang dan akan menyusun cerita tertulis dan bergambar, termasuk gambar bergerak melalui saluran Tiktok, IG, FB dan media kapital sejenis lainnya. Tim kampanye (terdaftar ataupun tidak?) menyoroti prestasi ‘junjungannya’ dan meredam kritik yang mungkin muncul. Mereka menggunakan framing untuk mengarahkan perhatian publik pada isu-isu tertentu dan menafsirkan peristiwa politik sesuai dengan kepentingan mereka. Di sini, partisipasi aktif dari peran masyarakat terdidik dan non terdidik untuk mawas diri dari cengkraman bingkai framing sangat diperlukan. Sebab, serangan pribadi, pembicaraan dangkal, dan bias informasi sering mengaburkan wacana yang sehat dan konstruktif.
Memerankan Diri dalam Wacana Politik
Bagaimana cara dan peran kita di WA grup dalam menghadapi framing dan permainan wacana politik? Jawabannya, dapat bervariasi tergantung pada tingkat kesadaran politik, literasi media, dan kritisisme anggota grup WA.
Kita perlu mawas diri untuk sadar politik dan mampu meningkatkan literasi media. Ini mencakup pemahaman tentang cara kerja media, pengenalan terhadap teknik framing, dan kemampuan untuk mengenali informasi yang tidak akurat atau bias. Sadar politik akan dapat membekali dan membentengi diri kita untuk mengevaluasi klaim-klaim politik yang belum tentu menyelipkan kebenaran informasi. Dalam konteks ini dan mengingat IPM Indonesia masih belum terlalu positif, kaum terdidik perlu “berhubungan” dengan sahabat yang kurang berkesempatan mengenyam pendidikan untuk bersama-sama mawas diri dan menjadi sadar politik.
Kita perlu aktif mencari informasi dari berbagai sumber yang beragam. Dengan membandingkan liputan dari media yang berbeda dan mencari fakta-fakta dari sumber yang dapat dipercaya, kita bisa terhindar dan terjebak dalam narasi tunggal atau framing yang tidak objektif.
Disamping itu, kita perlu memiliki sikap kritis terhadap framing politik yang disajikan berbagai media. Mari bertanya pada diri sendiri tentang tujuan di balik info tertentu dan mencoba untuk melihat lebih dari satu sisi dari sebuah isu sebelum membuat keputusan politik yang mungkin dapat menyinggung masyarakat dan anggota grup WA lainnya.
Penting bagi kita untuk mengkritisi dan menolak sumber informasi yang tidak akurat, bias, atau menyebar propaganda politik. Ini melibatkan penolakan terhadap desinformasi, berpartisipasi dalam gerakan anti-hoaks, dan menyuarakan kekhawatiran terhadap media yang tidak bertanggung jawab.
Dalam konteks pemilihan presiden, permainan wacana politik dan framing informasi memiliki peran yang tak terbantahkan dalam membentuk pandangan publik. Penting bagi masyarakat dan kita, para anggota grup WA sebagai pemilih berdaulat untuk sadar politik. Dengan demikian, wacana politik bisa menjadi instrumen untuk membedah perjalanan dan memperkaya khasanah demokrasi, bukan alat untuk membelah pertemanan, termasuk pertemanan maya kita di grup WA.
Penulis,
I Nengah Laba
Anggota Grup WA
(disadur dari berbagai sumber informasi)
Apa Peran Divisi Kerja Sama dan Hubungan Internasional?
Apa Peran Divisi Pusat Sains Data dan Teknologi?
Apa Peran Divisi Publikasi dan HKI?
Apa Peran Divisi Riset dan Inovasi?
Apa Peran Divisi Pengembangan SDM?
Denpasar Institute Gelar Seminar Inovasi Pendidikan dan Kewirausahaan 2024
Pola Komunikasi Publik di tengah Pandemi Covid-19
Verba Tingkah Laku: Pengertian dan Contohnya
Kenali Tata Krama Komunikasi Asynchronous untuk Hindari Kesalahpahaman
Cara Melihat Aplikasi yang Baru Saja Dihapus di HP Android dan iPhone