Saraswati, Aliran Pengetahuan Abadi untuk Ketercerahan Diri

  • Dibaca: 569 Pengunjung
  • |
  • 26 Maret 2022
  • |
  • Kontributor: Admin atnews

Jro Gde Sudibya, Ketua FPD Forum Penyadaran Dharma

Saraswati, Aliran Pengetahuan Abadi untuk Ketercerahan Diri

Oleh

Jro Gde Sudibya 

Hari Sabtu, 26 Maret 2022, Saniscara Watugunung, sasih Kedasa Icaka 1944, raina  Saraswati. Saraswati, simbolik Devi Caraswati sebagai aliran pengetahuan tanpa henti, abadi, dari Tuhan dalam  perspektif teologi Saguna Brahman, yang "mengaliri" Alam Raya, Kosmik, termasuk insan-insan manusia yang pada hakekat dasarnya makhluk rokhani, suci. Aham Brahma Asmi. Ceritanya menjadi lain, ketika Atman, sang Diri sejati, terikat, mengikatkan diri pada "benda - benda" maya, sehingga tubuh dengan jutaan keinginan, menjadi "penjara"  sang Jiwa.

Akibatnya, sosok sang diri menjadi tunduk takluk pada ahamkara, yang distimulasi keinginan yang tidak terbatas akan harta, tahta dan wanita/pria. Inilah pangkal awal kemelekatan dan kemudian penderitaan jiwa. Di era Kaliyuga ini, kondisi diri ini yang merupakan kesenangan, kenikmatan duniawi, "dirayakan" bahkan menjadi "kebangggaan" dan "kemenangan". Realitas sosial ini bisa disebut sebagai anomali, kekacauan sosial, zaman edan jika kita merujuk jangka Jayabaya.

Pada sisinya yang lain, aliran pengetahuan abadi, Devi Caraswati, pada dasarnya, galibnya bisa menjadi instrumen purifikasi/penyucian  diri, pendakian rokhani, spiritual revival, spiritual awakening, jika kita merujuk pemikiran Svami Vivekananda 128 tahun yang lalu dalam rangkaian ceramahnya di AS.

Pendakian rokhani diharapkan memuju realitas rohani Ketercerahan diri, self enlightment, dengan sejumlah cirinya.

Lebih jujur terhadap diri sendiri, kuat dalam pengendalian diri, menjadi lebih sabar, bertumbuh simpati dan empati yang terstimulasi dari dalam diri, menghargai dan bahkan "merayakan" perbedaan, berkontribusi pada upaya perdamaian menuju ke kedamaian diri.

Last but not least, memegang teguh swadharmanya, untuk terus berkarya, berprestasi untuk tujuan dan kemulyaan manusia dan kemanusiaan.

Insan-insan manusia utama yang secara rokhani berada di Alam Tuhan, dan kemudian mengekspresikannya dalam karya-karya nyata buat masyarakat, negara dan bangsa, menyelamatkan sistem holistik alam dan kemanusiaan.

Ketercerahan diri yang membumi, tidak sebatas "mengukir" langit abstrak rokhani, yang bisa "menukik" tajam ke ibu pertiwi,  membuat tubuh sebagai "mesin" pemenuhan keinginan tanpa batas yang merupakan pangkal penyebab keterikatan, kemelekatan dan kemudian pemderitaan.

Dalam tantangan kehidupan di atas, puja bhakti raina Saraswati menjadi sangat bermakna.

*) Jro Gde Sudibya, Ketua FPD (Forum Penyadaran Dharma).
sumber: https://atnews.id/portal/news/12631

  • Dibaca: 569 Pengunjung
  • |
  • 26 Maret 2022