TINGKATKAN JIWA AGRO-ENTREPRENEURSHIP, PENELITI UNRAM DAN UNMAS BERSINERGI DI DESA MENGANI KINTAMANI

  • Dibaca: 1350 Pengunjung
  • |
  • 26 Juni 2020
  • |
  • Kontributor:

Suasana FGD Peneliti dan Kelompok Tani di Desa Mengani, Kintamani

Desa Mengani yang terletak di bukit menjadikan lahan pertanian di desa ini memiliki potensi pengembangan pertanian ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan letaknya yang dekat dengan sumber air dan hampir tidak ada cemaran yang ada pada lahan tersebut. “Kondisi tersebut merupakan syarat utama menuju pertanian organik. Pemakaian pupuk organik sudah mulai diaplikasikan oleh petani, akan tetapi penggunaan pestisida masih menerapkan pestisida kimia”, jelas Pande seorang peneliti muda yang keseharian bertugas di Prodi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Mataram. 

Melihat potensi Desa Mengani dalam sektor pertanian, tim peneliti dari UNRAM dan UNMAS memberikan pendampingan pada Kelompok Tani Mengani. Pendampingan ini dilakukan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat dari September sampai November 2019. Para peneliti dari UNRAM terdiri dari Pande Komang Suparyana, Muhammad Nursan, Dudi Septiadi, Aeko Fria Utama FR, sedangkan peneliti dari UNMAS terdiri dari I Ketut Widnyana, Putu Eka Pasmidi Ariati, dan IGN Anom.

Widnyana mengungkapkan bahwa kegiatan ini diterapkan untuk memberikan nilai tambah bagi keuntungan usahatani di Desa Mengani. Disamping itu, kegiatan ini dilakukan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan Kelompok Tani. Solusi tersebut dilakukan melalui pemberian pelatihan penggunaan pestisida organik yang sesuai dengan hama tanaman, pelatihan penangan pasca panen produk pertanian, pelatihan manajemen biaya usahatani dan pelatihan manajemen pemasaran.

Kelompok tani juga diberikan pelatihan jiwa kewirausahaan, utamanya dalam melakukan pemasaran produk pertanian komoditi sayuran. “untuk mempertahankan nilai ekonomis komoditi sayuran, perlu dilakukan penanganan pasca panen yang tepat. Penangan pasca panen yang dapat dilakukan ditingkat petani adalah cara panen, pengangkutan dari lahan ke gudang, sortasi, grading, cara pengemasan dan pendistribusian ke konsumen” imbuh Eka yang ditemui di sela-sela kegiatan di Desa Mengani.

“Dari hasil evaluasi dan FGD dengan Kelompok Tani, didapatkan saluran pemasaran yang efisien dimulai dari Petani-Pedagang Pengumpul-Pedagang Pengecer dengan Farmer Share sebesar 70%. Petani menjual komoditi Kubis ke Pedagang pengumpul yang terdapat di Kecamatan Kintamani, dan kemudian Pedagang Pengumpul langsung mendistribusikannya ke Pedagang Pengecer di Kota Denpasar. Farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diperoleh petani dengan harga ditingkat konsumen dan tinggi rendahnya marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani dari harga beli di tingkat konsumen/pedagang akhir merupakan indikator dari efisiensi suatu pemasaran”, Ungkap Muhammad Nursan yang didampingi peneliti lainnya.  

Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Desa Mengani, Kintamani sangat antusias mengikuti pelatihan kewirausahaan tani  atau agro-entrepreneurship ini dan berharap kegiatan sejenis dapat dilakukan secara berkelanjutan. Apalagi, pelatihan kewirausahaan ini berfokus pada pertanian dengan pemanfaatan pestisida organik yang ada dilingkungan sekitar.

Penulis,

Pande Komang Suparyana

Sabtu, 27 Juni 2020

  • Dibaca: 1350 Pengunjung
  • |
  • 26 Juni 2020